Minggu, 04 Oktober 2009

Tugas Bahsa Indonesia

23.02 Posted by: Affrie Ramadhan 0 comments

Gabriel Marcel mengalami dan menghayati kodrat manusia yang menderita pada saat bekerja di Prancis Selatan.

Karl Jaspers seorang professor filsafat ada tertarik melalui Max Weber.

Pemikiran filosofis terdiri dari :

  1. Orientasi dalam dunia yaitu positif dan cara filsafat . Untuk yang positif dalam realitas.

  2. Penerangan eksistensi yaitu penghayatan mengenai kebebasan total yang merupakan inti manusia serta eksistensi dengan desain.Desain adalah keadaan empiris manusia sejauh mempunyai ciri ciri tertentu dan dapat dilukiskan dari luar.

  3. Metafisika yaitu trasedensi dan melingkupi yaitu sifatnya tak terperikan dan yang tak dapat dikenal.

  4. Kepercayaan Filosofis yaitu agama sebagai kepercayaan filosofis.

  1. Filsafat sejarah

Zaman pra historis yaitu zaman yang amat panjang ini bahasa mulai berkembang,alat mulai di temukan.

Zaman antara 5000 dan 3000 A.C. yaitu dengan adanya timbul kebudayaan di Mesir,Mesopotamia dan Tiongkok.

Zaman antara 800 dan 200 diletakkan dasar rohani dan intelektual, a.l. di Tiongkok, India, Parsi, Palestina dan Yunani.

Zaman ilmiah teknis

Ilmu dan teknologi berkembang pesat sekali pada zaman ini.

  1. Pemikiran Filosofi

Pemikiran filosofi Martin Heideger tertuang di dalam karya besarnya Sein und Zeit (Ada dan Waktu). Martin selalu bertanya tentang Ada(Sein). Apa itu “Ada”? dan martin mulai menguraikan DASEIN,atau yg dimaksud adalah MANUSIA KONGKRIT. Menulis dan membuat uraian tentang manusia membuka jalan baginya untuk menuju ke ajaran tentang “Ada” pada umumnya. Martin mencari titik tolak dari ajaran tentang “Ada” di dalam pengalaman “Ada”.


Uraian alampikiran Martin yang berkisar pada “Ada” dan “waktu”(SEIN UND ZEIT) ini disumberkan pada “Wat is eksistentialisme” dari Bernard Deffgaauw dan filsafat barat abad 20 karangan K Bertens. Martin membuat perbedaan tegas antara Adanya manusia(DASEIN)dan Adanya barang-barang(VORHANDENSEIN). Ciri dari barang disebut kategori,sedangkan cirri khas manusia adlah EKSISTENSIALIA.


Mengapa EKSISTENSIALIA?

Martin Heideger tidak mengartikan eksistensi sebagai keberadaan,seperti yang dimiliki oleh tiap orang dan tiap barang,baginya eksistensi adalah cara berbeda khas manusia (DASEIN) yang olehnya manusia selalu MELAMPAUI(menTRANDENSI) dirinya sendiri. Oleh karena itu manusia selalu merencanakan hidupnya yang akan dating. MERANCANGKAN hidup ini bukanlah membuat rencana rasional,melainkan merupakan HAKEKAT manusia itu sendiri. Oleh karena itu manusia hidup di masa mendatang,maka ia selalu LEBIH dari dirinya sendiri. Men-TRANDENSI-kan dirinya itulah yang dimaksudkan oleh Martin Heidegger dengan EKSISTENSIALITAS dari DASEIN.


Manusia tidak hanya eksistensilitas,ia tidakhanya terarahkan kemasa mendatang,tapi jg mempunyai masa lampau yang olehnya ia telah TERTENTUKAN dengan suatu cara tertentu,dalam hal ini disebut Heidegger dengan FAKSITAS. Manusia memang hidup dari masa lampaunya kemasa datang,namun pada hari ini. Bagaimana ia PADA HARI INI? Ia TERSERAHKAN pada realita harian,dan realitas harian itu adalah realitasnya “das man”(orang). “Orang” yang terserahkan kepad realitas harian itu tahu berbicara tentang segala sesuatu tanpa mengerti,menginginkan sesuatu.


Das man,ditulis dengan huruf kecil,artinya orang(laki-laki) dalam arti mengecilkan. Padahal dalambahas jerman laki-laki di tulis dengan huruf besar yaitu Der Mann. Keadaan ini,yang didalamnya manusia membiarkan dirinya terombang ambing oleh sesama manusia melalui omongan-omongan,pikiran dan perasaan yang DANGKAL tersebut oleh Heidegger disebut VERFALLENHEIT(kejatuhan).


Dengan ini kita tiba pada perbedaan kedua yang memainkan peranan sangat penting pada Heidegger,yakni: perbedaan antara ADA yang sesungguhnya dan ADA yang tidak sesungguhnya atau ADA autentik dan ADA inautentik. Dikatakan di atas bahwa di dalam KEDANGKALANnya manusia tidak memikirkan hakekatnya yang sesungguhnya.


Bernard Delfgaauw membelandakan kata “verfallon” dengan UITERLIJKHEID,yang artinya apa yang berada di bagian luar atau kulitnya; apa yang hanya ada pada permukaan,jadi tidak mendalam atau mendasar. Jadi filsafat tentang EKSISTENSI yang dikaitkannya dengan seni dan drama. Baik untuk seniman maupun untuk seorang filsuf ekstensial pengalaman(hidup) selalu menjadi titik tolak.


  1. Pemikiran Filosofia

Gabriel Marcel adalah filsuf dan serentak juga pengarang drama. Kedua “watak” itu menjelaskan metodenya. Bagi Marcel filsafat dan drama mempunyai tujuan yang sama yaitu memahami SIAPAKAH SEBENARNYA MANUSIA itu? Drama sangat membantu untuk mendekati manusia dalam keadaan kongkrit dalam hidup yang nyata. Marcel menghindari empirisme dan rasionalisme dengan memperhatikan adanya kaitan antara pemikiran dan pengalaman kongkrit. Dapat dikatakan bahwa alam pikiran Marcel merupakan sintesa dari tabrakan antara empirisme dengan idealisme(rasionalisme).

Apa arti EKSISTENSI? Dalam karyanya Existence et Obyectivite(eksistensi dan obyektivitas) Marcel mempertentang obyektivitas dan eksistensi. EKSISTENSI adalah “situasi kongkrit saya” sebagai SUBYEK dalam DUNIA. Manusia mendapatkan dirinya dalam dunia berdasar jenis kelamin,usia,watak,kepandaian,kebangsaannya,masyarakat sekitar,pendidikan,pangkat,pandangan hidup,masa lampaunya,dan semua keadaan-keadaannya yangbersifat kebetulan,semuanya itu selalu menentukan hidup manusia.

Dari relasi kebetulan,manusia harus beralih kekesadaran yang benar-benar ia terima secara bebas,dengan kata lain manusia harus beralih dari EKSISTENSI menuju ADA,peralihan ini menuju 3 tahap,yaitu: (1) admiration (2) reflection (3) exploration.

Dengan demikian sebuah filsafat itu di mulai dari EKSISTENSI,dan bukan dari rasio,apalagi dari ilmu pengetahuan.


Dengan ini kita dapat lebih memahami alam pemikiran Marcel : de I’ existence ‘a I ‘atre = berangkat dari kehidupan dan akhirnya kembali lagi pada kehidupan seperti diuraikan oleh Troisfontaines. Motode Marcel dinamakan “psiko-analisa ontologis”, suatu analisa mengenai sesuatu yang tadinya tersembunyi, lalu dengan demikian menjadi eksplisit.

Pada taraf pengenalan, tiga fase diri metodenya ini sejalan dengan tiga cara pengenalan : sentio (saya rasa), Cogito (saya berfikir) dan credo (saya percaya). Pada taraf ontologism tiga fase ini sesuai dengan tiga tahap juga yaitu exister (bereksistensi), avoir (mempunyai) dan atre (ada).

Sekarang kita membahas beberapa tema khusus Gabriel Marcel :

1. Ada dan mempunyai

2. Problem dan Misteri

3. Tubuh sebagai tubuhku

4. Kehadiran

5. Engkau absolute

1. ADA DAN MEMPUNYAI

“Aku ini apa ? ” = ( “Que sius je?” ) adalah pertanyaan metafiaia bagi Marcel. Pernyataan menyangkut baik “AKU maupun ADA”. Aku adalah ..., lalu dapat diisi data seperti yang kita lakukan untuk KTP, paspor atau surat resmi lain : Nama ..., Lahir di ..., tanggal lahir ..., tempat kelahiran ..., pekerjaan ..., alamat ..., pendidikan ..., secara obyektif semua data mengenai identitas saya ini memang benar. Tetapi realitas saya jauh melebihi semua data itu. Semua data itu adalah kepunyaan saya, tetapi ADAnya saya melebihi semua mereka. Maka perlu dilukiskan perbedaan antara ETRE dan AVOIR, antara “ADA dan MEMILIKI”.

Marcel mulai dengan membedakan “mempunyai dalam arti memiliki” dan “mempunyai dalam arti implikasi”. Contoh mempunyai dalam arti ............................... kedua : sebuah segitiga mempumyai tiga sudut. Marcel memusatkan perhatiannya pada “mempunyai” dalam arti “miliki”. “mempunyai dalam arti miliki” berarti ada seseorang yang mempunyai, ada seseorang pemilik dan ada sesuatu yang dimiliki, sesuatu yang dalam batas – batas tertentu tak bergantung pada pemilik.

Disini ada KEDUAAN. Misalnya : “Saya mempunyai sebuah sepeda”. Tetapi juga “Saya mempunyai rahasia”, “Saya mempunyai ide”. Terdapat disisi subyek yang mempunyai dan ada yang dipunyai, selalu ada Qui (pemilik) dan Quid (yang dimiliki).

Relasi antara dua kutub ini (Qui dan Quid) tidak bisa dibalik. Dalam relasi ini ada tiga aspek yang menarik perhatian :

1. Pertama suatu eksklusivitas tertentu yang sama punya adalah milik saya, bukan milik orang lain ada oposisis tertentu dengan subyek – subyek lain yang pada prinsipnya bisa menjadi pemilik juga, tetapi sesungguhnya mereka bukan pemilik.

2. Yang saya punya akan saya pelihara. Kalau tidak, relasi “mempunyai” akan hilang. Bila milik saya hilang atau hancur, saya bukan pemilik lagi.

3. Mempunyai berarti kuasa tertentu atas apa yang saya milik. Bila saya memiliki seekor anjing, anjing itu akan mengenal saya dan taat kepada saya justru karena dia adalah ajing saya.

Jadi mempunyai berarti mampu untuk ....Tetapi anehnya, kuasa yang terkandung dalam milik itu bisa dengan mudah berubah statusnya sehingga akhirnya si PEMILIK dikuasai oleh MILIKnya : si kuasa dikuasai oleh kekuasaannya, jutawan dikuasai oleh kekayaannya, ilmuan oleh laboratoriumnya.

Disini “KEADILAN” antara pemilik dan yang dimiliki mulai hilang. Tanpa batat antara “AKU” dan mempunyai “mulai kabur”.

KEADAAN” yang merandal “memiliki” tidak terdapat di tahap “ADA”. Bidang ADA tidak ditemukan oposisis antara subyek dan obyek.

2. PROBLEM DAN MISTERI

Kata “problem” berasal dari kata Yunani probalein yang artinya melemparkan didepan. Problem mempunyai konotasi “obyektif” ; saya sendiri tak terlibat didalamnya. Suatu problem dapat dipecahkan, sehingga hilanglah masalahnya. Problem dapat diketemukan dalam taraf pemikiran logis dan meramatis, pemikiran yang jelas dan pemikiran teknis.

Sedangkan MISTERI tidak pernah diajukan kepada saya secara “obyektif”. Misteri tidak ada didepan atau diluar saya, tetapi berada dalam diri saya ; saya sendiri termasuk dalam misteri itu. Misteri tidak dapat “dipecahkan”. Pemikiran tidak dapat melenyapkan misteri.Namun misteri juga tidak dapat disamakan dengan “yang tidak dimengerti” sebab mensifatkan misteri sebagai “yang tidak dapat dimengerti” berarti mendekatinya dalam konteks “problem”. Misteri bukanlah teka teki yang tidak mudah diketahui, karena orang belum mempunyai kunci untuk membukanya. Mesteri melampau kemampuan pemikiran bukan karena kegelapannya, melainkan karena cahaya ; bukan karena bungkam tetapi karena menyatakan terlal banyak. Beberapa contoh misteri ialah inkarnasi, kehadiran kejahatan dunia, cinta serta pengenalan dan peristiwa ADA.

Kalau problem diliputi oleh suasana “mempunyai”. Misteri termasuk suasana “ADA”. Problem adalah wilayah khusus bagi refleksi pertama, misteri hanya dapat didekati melalui refleksi kedua.


 


2009 BBB ( BukanBlogBiasa ). All rights reserved.
Powered by Beta Templates and Blogger.
Template and Icons by DryIcons.com